Sabtu, 10 September 2011

belajar menggunakan kata "LARAT"

Terkadang kita hanya menggunakan kata yang itu-itu saja dalam bertutur. Sementara ada banyak kata dalam khasanah Bahasa Indonesia. Jadi teringat ketika aku diberi tugas menulis puisi tentang perpisahan seorang pejabat, aku menggunakan kata "larat", waktu itu aku berfikir kata ini bisa mewakili perasaan "sakit" seperti benda berat yang terseret dalam rongga hati... entahlah, demikian jawabku ketika sang pemesan puisi itu menanyakan makna kata "larat".

Malam ini, aku coba mencari makna kata "larat" tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan inilah yang aku dapatkan:  
larat (la.rat)
arkeologi (ark)
* dapat; mampu; sanggup (ark a) sumber: kbbi3 

nomina (n)
* anggrek, Dendrobium phalaenopsis (nomina) sumber: kbbi3

verba (v)
* hanyut dan tidak menyangkut (v) Contoh: sauh kapal itu ~ hingga tidak dapat mengait dasar laut; sumber: kbbi3
* bertambah jauh (panjang, luas, mendalam, dsb) (v) Contoh: sakitnya bertambah ~; kalau tidak kuat, ~ jadi penyakit; sumber: kbbi3
* pergi jauh meninggalkan kampung halaman; mengembara; merantau (v) Contoh: kita telah lama ~ ke negeri orang untuk mencari peruntungan; sumber: kbbi3
* ki sedih sekali; melantur-lantur (tt perasaan dan pikiran) (v) Contoh: ~ pikirannya; sumber: kbbi3
* ki terharu (tt perasaan); iba (v) Contoh: ~ hatinya mendengar perkataan anak itu; [sumber: kbbi3]

Rasanya pemilihan kataku waktu itu tidak terlalu keliru. Entahlah....

Selasa, 31 Agustus 2010

berbincang dengan Tatung [sumber inspirasi-ku]


berbincang dengan Tatung (guru besar-ku, sang peletak pemahamanku tentang epistimologi), aku ceritakan tentang ide "Rumah Kata"-ku, ternyata beliau punya ide lebih brilian... "Kampus Masyarakat" tempat berkembangnya pemikiran yang membangun dalam lingkungan sekitar kita.

Sangat Inspiratif! terima kasih pak Afwan.

Sabtu, 31 Juli 2010

Rumah Kata itu Rumah kita....


Ada fenomena, dalam suatu keluarga, setelah beberapa tahun berjalan bersama, kok tiba-tiba saja menjadi "garing". Suami semakin sibuk, dengan berdalih mencari nafkah, berharap mendapat cukup perhatian dari Istri setibanya di rumah. Sementara Istri pun berharap perhatian lebih dari suaminya, setelah capek mengerjakan begitu banyak pekerjaan rumah tangga. Alhasil, keduanya bertemu dalam satu perselisihan. Atau jika tidak, mereka bertemu dalam kondisi yang sama-sama tidak menyenangkan. Muka cemberut, mata kuyu, bibir manyun... lengkap lah sudah.

Demikian halnya sang anak; terus mencari perhatian kedua orang tuanya... kadang sampai ia putuskan untuk berbuat "nakal" demi mendapatkan perhatian dari ayah ibunya, walaupun tentu.. perhatian itu berupa bentakan dan cubitan... mereka rela, yang penting dapatkan sentuhan dari orang tua mereka.

hiks..

Semuanya berawal dari komunikasi yang terganggu. Tidak ada sarana yang memadai untuk para anggota keluarga itu mencurahkan isi hatinya. Ibarat air, dalam selokan yang mampet, tentu saja meluap... menjadi marah, kesal, benci!

Jika anda masih ingat, bagaimana Rumah Kata dibangun, bagaimana lintasan kata dalam hati, dalam lesan, juga dalam otak kita... dapat dikelola secara serius. Ya di Rumah Kata-lah tempatnya...

Di manakah Rumah Kata itu? Rumah Kata ada di sini, di rumah kita. Ya, di rumah kita.

Teruslah belajar, bagaimana berkata-kata. Bagaimana mengelola kata itu dalam kehidupan di rumah tangga kita. Bagaimana pola komunikasi yang selalu mesra antar pasangan. Bagaimana orang tua bisa selalu merasakan apa yang dirasakan anaknya... hmmm
rasanya indah sekali.

Jumat, 30 April 2010

teka teki di rumah kata....


Dapat teka teki cerdas dari Haya.... "Gigi dua; Tiga satu" apakah aku? bagus untuk melatih kecerdasan linguistik... layak masuk dalam game di kurikulum RUMAH KATA...

Ada yang bisa jawab?? silahkan ketik di kolom komentar...

Selasa, 13 April 2010

menguyah perlahan film "Shackles"

Film "Shackles"; aku mengunyah perlahan satu kisah, tentang seorang guru di sebuah penjara. Bagaimana dia mengubah para penghuni penjara itu dengan "puisi". Perjuangan yang luar biasa. Membimbing mereka para anak jalanan itu, mau berbincang tentang diri mereka, mau bermain dengan kata-kata dalam isi kepalanya. Beberapa kali bahkan nyaris nyawanya terancam, tapi sang guru tak peduli. Terus benamkan ide-ide besar dalam otak mereka. Hingga muncul satu murid yang berbakat, nyaris menangkan perlombaan puisi antar sekolah.

Ini kisah yang indah, tentang bagaimana "kata-kata" bisa mengubah kita. Walau film ini diakhiri dengan adegan tragis, sang guru ditusuk dengan lempengan logam dalam sebuah insiden....

Rabu, 17 Februari 2010

Berkomunikasi tidak sekedar berkata-kata.

Kata Teori: ada 3 unsur komunikasi
(1)ekspresi dan bahasa tubuh (coba baca di Lomba pidato),
(2)pemilihan kata (ini kita pelajari di arisan kata),
(3)artikulasi;

Hari ini aku belajar yang ke(3); dimulai dengan pelajari cara Ruben Onsu ucapkan salam-penuh keceriaan-, aku coba ke pak Satpam sepulang kantor, lumayan, membuat senja jadi lebih terang. Setelah itu belajar keluarkan bunyi tanpa kata, namun tetap bisa gambarkan suasana hati; hasilnya: muncul lenguhan sapi, dan jeritan kucing menyayat hati. (kata mas Teguh:Mmm... Suasana hati ya...? Lenguhan sapi = rasa lelah sehabis seharian bekerja. Jeritan kucing = rasa ingin dimanja2 karena lelah sehabis seharian bekerja. Betul ga mas..? :D)

Mencoba menyampaikan sesuatu, namun diusahakan tanpa kata-kata. Hanya bunyi. Aneh memang, namun ini bisa menjadi latihan dalam berkomunikasi yang efektif. Sebenarnya ini dilatarbekangi kritik dari mas Lutfi saat tadi pagi aku jadi MC, dan mencoba berpantun, menurut mas Lutfi caraku berpantun belum benar. Karena aku sekedar membacakannya... padahal ada intonasi khusus dalam berpantun. hmmm... jadi termotivasi mempelajari itu.

Di mobil, saat sendiri (sebelum sampai ke tempat istri menunggu) aku mencoba berteriak, menjerit... lalu aku rekam di HP. Berharap bisa menilai apa yang bisa aku sampaikan dari bunyi-bunyian itu. Sambil terus fokus pada suasana hati saat itu. Hasilnya memang aneh, sebuah lantunan bunyi tanpa nada. Ya itu tadi, seperti yang aku tulis di atas, lenguhan sapi dan jeritan kucing. Hehehehe... ntah lah. Aku memang harus sering berlatih, meskipun aneh... bisa jadi ini khas kurikulum rumah kata.

Senin, 15 Februari 2010

Arisan Kata-kata.

Berawal dari permainan bersama anak-anak sebelum tidur... aku menulis beberapa kata di kertas kecil, lalu digulung dimasukkan dalam gelas (mirip arisan); masing-masing mengambil 2 gulungan kertas. Lalu menyusun satu kalimat dari kata-kata itu... yang terjadi, mereka tidak hanya membuat satu kalimat melainkan sebuah cerita; hmmm indahnya imajinasi!

Kurang puas dengan hanya 2 kata, mereka tambahkan 3 kata untuk masing-masing (bahkan akhirnya 4 kata). Bisa jadi bertemu dengan kata yang sama, namun setelah dikombinasikan dengan kata yang lain, lahirlah cerita yang lain pula. Akhirnya, menjelang tidur, kami kenyang oleh curahan cerita. Dulu mungkin kami (aku dan istri) yang sibuk membacakan dongeng untuk mereka, kini justru mereka yang mendongeng untuk kami. Sekali lagi, Indahnya I M A J I N A S I.